Bloggingly |
Menggunakan Media Sosial Sesuai dengan Peruntukannya Posted: 03 Jul 2010 07:40 PM PDT Image: Social Media Participation Chart is courtesy of oversocialized Di pertengahan dan akhir tahun lalu, diskusi mengenai “kematian” blog seiring dengan menaiknya penggunaan media sosial -yang berimplikasi tersitanya waktu untuk ngeblog- seperti Facebook, Twitter dan lain-lain kian marak. Hari ini, prediksi tersebut tampak menjadi nyata. Jumlah blogger senior yang aktif dari zaman sebelum blog bahkan populer tampak kian menurun. Mereka tampak lebih gemar menyampaikan ide lewat twitter yang lebih singkat, cepat, ringkas, realtime dan responsif. Saya pribadi menggunakan twitter dan merasakan betapa menyenangkannya media tersebut. Bagaimanapun, saya pribadi lebih memilih untuk aktif di beberapa media sosial yang saya anggap relevan dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan yang saya anggap relevan dengan media sosial tersebut.
Berikut ini adalah bagaimana saya memandang beberapa platform media sosial dan bagaimana saya menggunakannya. Perlu diingat bahwa tidak ada yang absolut di ranah web (bahkan tampilan polos Google saja tidak absolut), sehingga bagaimana saya menggunakan media sosial ini bersifat relatif: silahkan adopsi jika anda merasa cocok dan tidak masalah jika berbeda pandangan – silahkan sampaikan pandangan anda. Berdasarkan diskusi yang sangat menarik via twitter dengan @ikhlasulamal, facebook adalah platform untuk membina hubungan. Facebook adalah platform untuk membina relationship dengan orang-orang yang kita kenal secara langsung di dunia nyata. Saya ulangi: dengan siapa yang kita kenal langsung di dunia nyata. Saya rasa inilah yang mendasari hubungan antar user di Facebook yang membutuhkan approval – untuk menjamin bahwa siapa yang terhubung dengan kita adalah orang-orang yang benar-benar kita kenal dan bukan alay yang meng-add anda karena profile picture anda terlihat kece dan agar jumlah teman di friendlistnya jadi banyak. Implikasi dari pandangan saya diatas:
Itu konsep dasarnya, pada prakteknya saya juga menggunakan photo application yang saya rasa sangat powerful sebagai default photo sharing saya untuk berbagi foto pada satu event dengan teman-teman saya. Lalu dikarenakan penetrasi facebook yang sangat tinggi dibandingkan twitter, banyak juga orang yang tidak saya kenal secara langsung memilih untuk berhubungan dengan saya via facebook. Untuk keperluan itu, saya membuat facebook page saya sendiri *berasa artis*. Masih berdasarkan diskusi yang sangat menarik dengan @ikhlasulamal, twitter berbeda dengan facebook. Jika facebook dikembangkan untuk membina hubungan, twitter dikembangkan untuk melakukan “pembicaraan” atau “conversation”. Hal ini berdampak pada tidak perlunya kita mengumbar data pribadi di twitter: kita tidak perlu bio lengkap, nama asli, atau informasi esensial mengenai social graph kita. Hubungan antar user pun tidak memerlukan approval dan cukup di dasarkan hubungan “follow” dimana orang yang difollow tidak perlu memfollow balik jika dia rasa tidak perlu. Seperti obrolan ringan di angkot atau kedai kopi favorit anda: anda tidak perlu tahu siapa yang berbicara, apa latar belakangnya, atau apakah dia lajang atau duda: selama pembicaraannya menarik, lanjutkan saja. Implikasi dari pandangan saya diatas:
BlogOke, jika twitter dan facebook memfasilitasi saya untuk “berbicara” baik kepada dunia dan teman-teman dekat, apalagi gunanya blog? Mengapa masih ngeblog? Sederhana: karena blog lebih searchable. Saya belum terlalu update dengan kabar terbaru seputar social search yang dikembangkan Google dan mesin pencari lain, tapi saya yakin kebanyakan orang-orang awam (seperti calon klien, calon partner atau bahkan calon mertua – kecuali kalau calon-calon nya geek pembaca setia DailySocial :p ) tidak akan tahu benda asing bernama social search. Jika mereka cukup tanggap terhadap teknologi, hal paling canggih yang saya asumsikan akan mereka lakukan adalah mengakses Google search / kolom search di Facebook dan mengetikan nama saya disana. Di halaman pertama pasti terdapat akun facebook saya – namun mereka tidak akan bisa mengakses informasi personal karena privacy setting yang saya gunakan. Akun twitter juga akan nampak, namun tidak terlalu banyak pemikiran saya (yang bercampur dengan conversation – tentunya) yang dapat “ditangkap” melalui medium 140 karakter atau kurang yang jumlahnya berhalaman-halaman itu. Heck, this is why i need blog. Specifically, blogs. Implikasi dari pandangan diatas, ini yang saya lakukan untuk blog:
Bagaimana dengan media sosial lain?Saya tidak terlalu aktif di media sosial lain, tapi saya memiliki akun di media sosial lain karena kebutuhan yang bersifat “musiman” (musiman untuk saya, tentunya – belum tentu musiman untuk anda) yang kerap kali ada:
Oke, itu tadi bagaimana saya menggunakan media sosial. Bagaimana dengan anda? Bagaimana anda menggunakan media sosial? Silahkan berbagi di kolom komentar Menggunakan Media Sosial Sesuai dengan Peruntukannya dipublikaskan di Bloggingly.com dan anda baru saja membaca RSS-nya yang didistribusikan melalui feedburner dan facebook notes. Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, silahkan klik link "share on facebook" yang berada di bawah tulisan ini untuk menshare-nya ke jaringan perkawanan anda. Ada Pop out yang tiba-tiba keluar? Silahkan tulis pendapat anda atas tulisan ini, lalu klik okay. |
You are subscribed to email updates from Bloggingly To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |